Sponsored Ads

Kembali Pada Fitrah, Kembali Pada Syariah dan Khilafah


Ketika manusia dilahirkan oleh ibunya, ia tidak terlumuri oleh dosa. Akan tetapi, ia lahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Nabi saw., “Kullu mawlud[in] yuladu ‘ala al-fithrah” (Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah).
Orang yang menunaikan shaum dengan benar selama bulan ramadhan akan terlahir kembali layaknya bayi yang tidak berdosa, kembali suci. Hal ini dikarenakan Allah Swt. mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu; ia keluar dari dosanya seperti hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya.


Allah Swt. berfirman:
“Hadapkanlah wajahmu dengan lurus pada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (TQS. Ar-Rum:30).


Menurut Ibn Atsir, fitrah itu antara lain adalah karakteristik penciptaan manusia dan potensi manusia yang siap untuk menerima Agama. Oleh karena itu, Imam Zamakhsyari mengatakan fitrah itu menjadikan manusia siap sedia setiap saat menerima kebenaran dengan penuh sukarela, tanpa paksaan, alami, wajar dan tanpa beban. Seandainya setan jin dan setan manusia ditiadakan, niscaya manusia hanya akan memilih kebenaran itu (Al-Faiq, III/128).

Kembali pada fitrah tidak lain adalah dengan menjalankan perintah Allah, yakni dengan menetapi karakteristik penciptaan manusia dan potensi insaniah untuk siap menerima kebenaran. Jadi, kembali pada fitrah adalah dengan terus mengembangkan potensi manusia untuk selalu siap setiap saat untuk menerima kebenaran.

Puasa ramadhan dan rangkaian aktivitas di bulan ramadhan selayaknya dapat melatih kita untuk menyadari dan memahami fitrah kita, karna ramadhan telah menjadi riyadhah badaniyah sekaligus riyadhah bathiniyah yang mengharuskan seorang muslim lebih merasakan dan memahami fitrahnya sebagai makhluk diliputi keserbalemahan dan keterbatasan. Maka dengan begitu, ia akan lebih merasa membutuhkan penciptanya, membutuhkan petunjuk dari-Nya.

Fitrah manusia diantaranya adalah fitrahuntuk beragama/mengagungkan sesuatu yang dianggap memiliki kelebihan darinya (Ghorizah Tadayyun). Fitrah ini mengharuskan manusia hanya menerima Agama, Ideologi, dan Sistem hidup yang sesuai dengan dengannya dan menolak serta membuang Agama, Ideologi dan Sistem hidup yang tidak sesuai dan bertentangan dengan fitrah. Dengan fitrahnya ini, manusia akan terdorong untuk mencari Agama, Ideologi dan Sistem hidup yang sesuai dengan fitrahnya.

Selain itu, manusia juga dianugerahi fitrah untuk melestarikan jenis (Ghorizah Nau’) dan fitrah untuk mempertahankan diri (Ghorizah Baqa’), kebutuhan jasmani (Hajatul Udhawiyah) dan akal. Kesemua fitrah itu menuntut sebuah pemenuhan dan dalam pemenuhannya pasti mengharuskan adanya aturan. Aturan ini tidak mungkin lahir dari manusia itu sendiri sebagaimana yang terjadi saat ini, disaat pongahnya manusia membuat hukum/aturan sendiri. Aturan itu selayaknya lahir dari Pencipta manusia, yang tau segala sesuatu hal tentang manusia.

Faktanya, di dunia ini hanya Islamlah Agama sekaligus Ideologi yang sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah Agama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw., melalui malaikat Jibril. Islam lahir sebagai Agama dengan sepaket aturan yang membahas aspek spiritual yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dalam hal aqidah dan ibadah, mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dalam hal pakaian, makanan dan akhlak, juga mengatur hubungan hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya dalam hal muamalah dan uqubat (sanksi).

Agama-agama selain Islam yang notabene hanya mengatur aspek spiritual saja jelas tidak sesuai dengan fitrah manusia, fitrah tidak bisa menerima agama yang bersifat demikian.

Di sisi lain, ideologi selain Islam, yakni Sosialisme dan Kapitalisme juga tidak bisa diterima oleh fitrah.. sosialisme menafikan adanya al-Khaliq(Pencipta). Ini jelas bertentangan dengan fitrah manusia. Sama halnya dengan Kapitalisme, meskipun mengakui adanya Tuhan sebagai sang pencipta, Kapitalisme menafikan peran Tuhan dalam masalah dunia. Inipun jelas bertentangan dengan fitrah manusia yang keberadaannya serba lemah dan terbatas, kadang menganggap yang baik itu buruk dan yang buruk itu baik. Sehingga memerlukan aturan dari Tuhan untuk semua aspek kehidupan.

Allah Swt., berfirman:
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (TQS al-Baqarah:216)

Hanya Islamlah, Agama sekaligus Ideologi yang sesuai dengan fitrah manusia. Fitrah hanya bisa menerima aturan yang sesuai dengannya. Oleh karena itu, kembali pada fitrah mengharuskan kita hanya menerima Islam dan menolak semua Agama dan ideologi selain islam. Sebab, hanya Islam Agama yang sesuai dengan fitrah dan merupakan Agama yang benar.

Allah Swt., berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (TQS. Ali Imran:19).

Oleh karena itu, kembali pada fitrah nyatanya adalah kembali kepada Islam sebagai Agama sekaligus Ideologi yang melahirkan sebuah sistem kehidupan. Itu artinya, kita harus kembali kepada Aqidah islam yang lurus dan Syariah Islam yang merupakan pancaran dari Aqidah Islam itu sendiri. Penerapan Syariah atau Sistem Islam tidak dapat terwujud secara kaffah (menyeluruh) tanpa adanya institusi yang menerapkan dan melaksanakannya. Institusi itu tak lain adalah Khilafah Islam, bukan yang lain. Institusi yang harus kita perjuangkan agar kembali ditegakkan di bumi ini, hingga Islam dapat kembali menjadi Rahmatan lil Aalaamin.

Sabda Nabi Saw.:
“..Kemudian akan muncul kembali masa Kekhilafahan yang mengikuti manhaj kenabian..” (HR. Ahmad).

Firman Allah Swt.:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (TQS. An-Nur:55).


This share facebook

Comments :

0 komentar to “Kembali Pada Fitrah, Kembali Pada Syariah dan Khilafah”

Posting Komentar